Kita dilarang untuk membakukan rencana
Menuai rasa curiga,
lantas menyimpulkan dengan tergesa-gesa
Layaknya secangkir kopi,
yang tersaji di depan mata
yang tersaji di depan mata
Ia hitam, namun tak berarti kelam
Rasa pahit yang terkecap darinya,
tidak pernah bermaksud menyiksa
Ia hanya ingin memberi tanda
Bahwa ia berbeda...
Menikmati secangkir kopi di depan mata
Adalah ungkapan tulus hati yang percaya
Suatu bentuk pasrahnya seorang hamba
Kepada Tuhan yang maha kuasa
Jika hidup selalu berdusta
Apakah kita pantas untuk meradang
Dalam menyusuri padang yang luas membentang
Sejauh mata memandang
Hanya mencitra lanskap yang pantang diduga
Apalagi dengan penuh curiga,
disimpulkan dengan tergesa-gesa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar