Sabtu, 15 Juli 2017

Menunggu Terang

Suatu malam di ujung hari
Terdengar isak tangis serta derai tawa para waria di batas kota yang gelap gulita
Aku tertegun,
Mencoba menyimak kata demi kata yang menggugat tatanan kehidupan
Sebagian ingin sepenuhnya menjadi wanita, 
sementara yang lainnya ingin menjadi laki-laki seutuhnya...
Ada juga yang ingin bunuh diri karena tak kuasa menahan keraguan 
atas jati diri mereka yang sebenarnya.
Dalam keraguan aku bertanya,
"Apa yang kalian inginkan sebenarnya?"
Mereka pun menjawab lirih
"Kami inginkan terang yang telah dijanjikan setelah sekian lama berkutat dalam kegelapan!"
Siapa sangka ternyata terang tak kunjung ada, 
sementara gelap terus menyelimuti tiada habisnya.
Aku pun tersadar,
ternyata para waria tengah terjebak 
oleh permainan hegemoni kekuasaan yang tiada kunjung henti membelenggu,
Memaksa untuk berseteru,
Tiada henti menggiring untuk saling mendominasi.
Terjebak oleh bahasa
yang kerap menyesatkan dalam identitas yang semu
menciptakan rasa kehilangan yang tak kunjung reda.
Saat malam semakin larut,
Terdengar suara memanggil
"Kenapa kau tiba-tiba diam kawan?, Ayo kembali menggugat!
Bagi kita waria, perlawanan tak akan kunjung usai!"
Aku pun kembali terjerembab semakin dalam dalam kegelapan
Berpikir bahwa terang hanyalah mitos
Habis gelap tak akan ada terang
Habis gelap terbitlah kegelapan yang baru.

Bandar Lampung, 22 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar